MANAJEMEN SISTEM INFORMASI KEBENCANAAN: STUDI KASUS YOGYAKARTA TANGGAP
CEPAT DALAM MENGELOLA INFORMASI BENCANA ERUPSI MERAPI
WAWASAN
IPTEK
Dosen Pengajar :
Harvani Boky, SKM,
M.Kes
Kelompok 2
Bidang Minat Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Semester 5
1. Lavenia Y. Masinambow
|
14111101067
|
Amelia A. Lukas
|
14111101145
|
2. Lenny Ngelo
|
14111101073
|
Sumarty Masloman
|
14111101157
|
3. Jessica J. Rantung
|
14111101076
|
Beatrix L. T. Tinggogoy
|
14111101166
|
4. Ulean H. Bagas
|
14111101083
|
Indah J. Maniking
|
14111101181
|
5. Susianti A. Tadete
|
14111101084
|
Christian S. Samade
|
14111101182
|
6. Nikita S. P. Mandagi
|
14111101100
|
Sharon G. P. Kattang
|
14111101200
|
7. Inri G. Wungow
|
14111101137
|
Oldy Dumanauw
|
14111101203
|
8. Davis M. Iroth
|
14111101141
|
Junike Sorongan
|
14111101204
|
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
SAM RATULANGI
MANADO
2016
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena Kasih Karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Manajemen Sistem Informasi Kebencanaan: Studi Kasus Yogyakarta Tanggap
Cepat Dalam Mengelola Informasi Bencana Erupsi Merapi”.
Adapun penyusunan makalah ini untuk menyelesaikan salah satu tugas Mata Kuliah Bidang Minat Kesehatan Dan Keselamatan Kerja yakni
Wawasan IPTEK.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak, khususnya tim dosen pembimbing dan pengajar mata kuliah Wawasan IPTEK yang telah
banyak membantu dan memberikan dorongan semangat kepada kami selama proses
penyusunan makalah ini.
Dengan kerendahan hati, kami juga
mengharapkan para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan makalah kami. Harapan kami makalah ini dapat
bermanfaat bagi keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Bidang Minat Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3).
Manado, 24 Oktober 2016
Penyusun,
Kelompok 2
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL.............................................................................. i
KATA
PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang Penulisan..................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah................................................................ 2
1.3 Tujuan
Penulisan.................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................... 3
2.1 Manajemen Sistem Informasi Kebencanaan: Studi Kasus
Yogyakarta Tanggap
Cepat Dalam Mengelola Informasi
Bencana Erupsi
Merapi......................................................... 3
2.2 Hasil Pembahasan Studi Kasus............................................ 10
BAB
III PENUTUP............................................................................... 13
3.1 Kesimpulan........................................................................... 13
3.2 Saran..................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................. 14
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kegunaan
teknologi informasi saat ini telah mencakup hampir di semua bidang ilmu, tidak
terkecuali di bidang ilmu kesehatan masyarakat. Saat ini, perkembangan bidang
teknologi sangat berkembang pesat terutama dalam dunia IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas juga pada
perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang
terkena efek perkembangan dunia IT adalah kesehatan dalam hal penanggulangan
bencana.
Wilayah
indonesia sangat rawan terhadap berbagai macam bencana baik alam maupun bencana
yang disebabkan oleh manusia. Pada awalnya bencana hanya gempa bumi, tsunami,
letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan kekeringan, tetapi belakangan
ini banyak bencana disebabkan oleh manusia seperti kebakaran hutan, bencana
yang disebabkan oleh industri dan yang lainnya. Berdasarkan tingkat dan jenis
bencana yang terjadi di Indonesia, kebutuhan sumber daya manusia dalam
menangani bencana dan kemampuan dalam menggunakan iptek geoinformasi masih
sangat terbatas.
Manajemen
informasi sistem merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk
mendukung informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yan
dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Kumpulan dari interaksi
sistem-sistem informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data
untuk menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di
dalam kegiatan pelaksanaan dan pengoendalian. SIM selalu berhubungan dengan
pengolahan informasi yang didasarkan pada komputer computer-based information
processing (Jogiyanto, 1990). Berdasarkan latarbelakang di atas, maka makalah ini selanjutnya akan membahas tentang
Manajemen Sistem informasi Kebencanaan di Jogja Tanggap Cepat di Yogyakarta.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang melatarbelakangi penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud dengan manajemen sistem informasi kebencanaan?
2.
Bagaimana
hasil studi kasus manajemen sistem informasi kebencanaan di Yogyakarta?
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen sistem informasi kebencanaan.
2.
Untuk
mengetahui dan memahami hasil studi kasus manajemen sistem informasi
kebencanaan di Yogyakarta.
1.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Manajemen Sistem Informasi Kebencanaan: Studi Kasus Yogyakarta Tanggap
Cepat Dalam Mengelola Informasi Bencana Erupsi Merapi
Indonesia sebagai negara rawan
bencana karena terletak di tiga lempeng tektonik aktif yakni lempeng Eurasia,
lempeng hindia-australia, lempeng pasifik dan termasuk kawasan Ring Of Fire letusan gunung api.
Dengan beragamnya bencana yang ada di dindonesia, baik yang disebabkan oleh
faktor alam, non-alam maupun bencana sosial, maka indonesia dapat dijadikan
sebagai „laboratorium bencana‟. Siklus manajemen bencana, pada visi, misi BNPB
dan sistem nasional penanggulangan bencana. Prioritas manajemen bencana adalah
pengembangan kapasitas penanggulangan bencana, antara lain melalui penddikan
dan pelatihan, riset dan iptek, serta penerapan teknologi dalam penanggulangan
bencana agar lebih efektif (Muslih, 2014).
Pada proses penanggulangan bencana alam,
kebutuhan tidak hanya pada aspek logistik, akomodasi dan transportasi,
kesehatan atau pakaian. Akan tetapi kebutuhan terhadap sistem informasi pada
pada proses penanggulangan bencana berbasis manajemen, sangat dibutuhkan untuk
memudahkan melakukan kerja operasional yang sistematis dan terkontrol dengan
baik. Untuk itu manajemen sistem informasi kebencanaan menjadi mutlak
diterapkan (Jogiyanto,1990).
Sistem informasi manajemen yang
merupakan suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi
beberapa pemakai dengan kebutuhan yang sama. Para pemakai biasanya membentuk
suatu entitas organisasi formal, perusahaan atau sub di bawahnya. Informasi
menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang
terjadi di masa lalu, apa yang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di
masa yang akan datang. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan
periodik, laporan khusus dan ouput. Ouput informasi digunakan oleh manajer
maupun non manajer dalam lembaga saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan
masalah.
Sistem
informasi manajemen di dalam perancangan, penerapan dan pengoprasiannya sangat
mahal dan sulit. Kegiatan utama dari
semua sistem informasi, yaitu menerima data sebagai masukan (input) kemudian memprosesnya dengan melakukan penghitungan, penggabungan unsur
data, pemutakhiran dan lain-lain,
akhirnya memperoleh informasi sebagai keluarannya (output). Perubahan data menjadi informasi dilakukan oleh pengolah
informasi. Pengolah informasi
dapat meliputi elemen-elemen komputer, non-komputer atau
kombinasi keduanya (Jogiyanto,1990).
2.1.1
Pengertian
Manajemen
Selanjutnya
bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah
manajemen mengandung tiga pengertian yaitu, pertama manajemen sebagai suatu
proses, kedua manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen, ketiga manajemen sebagai suatu seni (art)
dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (science)
(Terry,1993).
Menurut pengertian yang pertama yakni
manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para
ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian
yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam encylopedia of the
social science dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana
pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Menurut
pengertian ayng kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen
adalah seni (art) atau suatu ilmu
pengetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat,
segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain
mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama
mengandung kebenarannya.
Terry, (1993) menyimpulkan bahwa manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orangorang kearah tujuan-tujuan organisasional atau
maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun
seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan
atau dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman,
pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
manajemen.
Menurut Follet, (1996) manajemen adalah
suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja
yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu
oleh dirinya sendiri. Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu
saja. Masih banyak lagi sehingga tidak ada satu definisi saja yang dapat
diterima secara universal. Menurut Stoner, manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota
organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
2.1.2
Sistem
Informasi
Di
dalam pengolahan sistem pada akhirnya menghasilkan suatu informasi, untuk itu
pendefinisian informasi diperlukan untuk menunjang berhasilnya pengembangan
sistem yang akan dirancang. Definisi umum untuk informasi dalam sistem
informasi menurut Jogiyanto, informasi adalah “data yang dapat diolah yang
lebih berguna dan berarti bagi yang menerimanya”.
Sedangkan menurut Murdik, informasi adalah
Data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang
berarti bagi menerimanya dan bermanfaat dalam
pengambilan keputusan saat ini atau mendatang. Jadi informasi adalah data yang
diproses kedalam bentuk yang lebih berarti bagi penerima dan berguna dalam pengambilan keputusan, sekarang atau untuk masa yang akan datang.
Informasi
dalam suatu lingkungan sistem informasi memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:
a.
Benar atau salah, ini
dapat berhubungan dengan realitas atau tidak bila penerimaan informasi yang
salah dipercayai mengakibatkan sama seperti benar.
b.
Baru, informasi dapat
sama sekali baru dan segar bagi penerimanya.
c.
Tambahan, informasi
dapat memperbaharui atau memberikan tambahan baru pada informasi yang telah
ada.
d.
Korektif, informasi
dapat menjadi suatu korektif atas informasi yang salah.
e.
Penegasan, informasi
dapat mempertegas informasi yang telah ada, ini berguna karena meningkatkan
persepsi penerimanya atau kebenaran informasi tersebut.
Informasi
dapat dikatakan berkualitas apabila telah memenuhi kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a.
Informasi harus akurat
dan jelas, yaitu informasi yang tidak mengandung keraguan-keraguan, sama
maksudnya yang disampaikan dengan yang menerima, bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak
menyelesaikan, harus menjelaskan dan mencerminkan maksudnya atau dengan kata
lain tidak menimbulkan pertanyaan bagi penerima informasi tersebut.
b.
Up to date (tepat
waktu), yaitu informasi tersebut datang ke penerima tidak terlambat karena
informasi yang tidak tepat waktu sudah tidak mempunyai nilai.
c.
Informasi harus
relevan, yaitu informasi itu diterma bagi orang yang membutuhkan atau
bermanfaat bagi yang menerimanya.
Beberapa
perangkat pendukung dari sistem informasi dan komunikasi data diantaranya adalah:
internet (interconnected network), adalah sistem komunikasi global yang menghubungkan
komputer-komputer dengan
jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia.
Berdasarkan
definisi tersebut maka dapat diambil kata kunci yaitu komputer dan jaringan.
Internet merupakan salah satu media penyampaian informasi yang dapat diakses
dimanapun di seluruh dunia. Bila memiliki komputer minimal prossesor 486,
windows 95, modem dan line telepon, maka anda sudah bisa bergabung dengan
ribuan juta computer lain dari seluruh dunia dan mengakses harta karun
informasi di internet. Media yang sering digunakan dalam internet adalah web
browser, search engine, email.
Sementara
komputer berasal dari bahasa lain, computare yang artinya menghitung. Secara
definisi komputer diterjemahkan sebagai sekumpulan alat elektronik yang saling
bekerja sama, dapat menerima data (input), mengolah data (proses), dan
memberikan informasi (output) serta terkoordinasi di bawah kontrol program yang
tersimpan di memorinya.
Dalam
sistem informasi juga meniscayakan perangkat pendukung yang membantu proses
komunikasi verbal maupun non verbal seperti, aplikasi jaringan komputer,
komunikasi antar pemakai komputer, publikasi atau eksplorasi informasi, dan
sistem informasi on-line. Setelah perangkat tersebut terpenuhi maka yang perlu
diperhatikan dalam sistem informasi adalah basis data yang nantinya akan
dipublikasikan sebagai hasil kerja dari sistem informasi itu sendiri.
2.1.3
Kebencanaan
Indonesia
terletak pada pertemuan lempeng tektonik aktif, jalur pegunungan aktif, dan
kawasan beriklim tropik. Di tengah kondisi itu menjadikan sebagian besar
wilayahnya rawan terhadap bencana alam. Jumlah korban bencana tergolong sangat
tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Data terakhir menunjukkan adanya
peningkatan, baik dalam hal jenis bencana, jumlah kerugian, dan jumlah korban
jiwa. Belum lagi jumlah korban kerusuhan social (social
unrest) di Ambon, Pontianak, Aceh dan Palu; yang
jumlahnya sulit diketahui secara pasti akibat sumber data yang tidak seragam.
Kesimpangsiuran data yang berkaitan dengan bencana
merupakan tantangan yang harus segera diatasi (UNDIP, UNDRO program pelatihan
manajemen bencana,1992 ).
Berdasarkan teori dan konsep manajemen bencana (disasters management) yang meliputi beberapa tahapan yaitu: tahap tanggap darurat (response phase), tahap rekonstruksi dan rehabilitasi, tahap preventif dan mitigasi,
dan tahap kesiapsiagaan (preparedness):, maka upaya penanggulangan bencana harus didukung oleh suatu
sistem informasi yang memadai.
Sistem ini diharapkan mampu untuk: (1) meningkatkan
kemampuan perencanaan penaggulangan bencana bagi semua mekanisme penaggulangan
bencana, baik pada tingkat pusat maupun daerah pada semua tahap penaggulangan
bencana; (2) mendukung pelaksanaan pelaporan kejadian
bencana secara cepat dan tepat, termasuk di dalamnya proses pemantauan
dan perkembangan
kejadian bencana; dan
(3) memberikan informasi secara lengkap dan aktual kepada semua pihak
yang terkait dengan unsur-unsur penanggulangan bencana baik
di Indonesia maupun negara asing melalui fasilitas jaringan global.
Dalam
sebuah dokumen terbaru yang diterbitkan oleh United Nation Development
Programme (UNDIP) di Amerika Serikat, bencana didefinisikan sebagai situsi
krisis sosial yang terjadi ketika sebuah fenomena fisik, sosial-alam
antropogenik asal alam dan dampak negatife masyarakat yang rentan, menyebabkan
seara serius dan meluas dengan intens mengakibatkan gangguan fungsi normal dari
sebuah unit sosial yang terkena dampak.
Istilah bencana
alam sudah menjadi hal biasa masyarakat Indonesia yang tidak lagi mempunyai
konotasi buruk apalagi di Yogyakarta, sebab bencana alam dapat didefinisikan
sebagai dampak bahkan ekses dari kekuatan alam yang tidak dapat dibendung oleh
kekuatan manusia. Seperti: gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin putting
beliung, lahar dingin, bahkan awan panas akibat erupsi merapi dan masih banyak
bencana lainnya yang menyebabkan penderitaan sebagian ummat manusia, atau
bencana alam diartikan sebagai aktivitas alam yang dapat menciptakan kebutuhan
manusia, dimana saat korban bencana alam tidak bisa lagi meringkan bebannya
sendiri tanpa pertolongan orang lain.
Di negara maju
dan berkembang, masalah bencana alam sudah merupakan bagian penting untuk
dipikirkan, sehingga dikenal dengan istilah “manajemen bencana” semua kegiatan
menyangkut bencana alam sudah dipersiapkan dengan baik, mulai peringatan secara
dini sampai Dengan tindakan pemulihannya.
Diperlukan penanganan secara
holistic dan bukan sebagai masalah tunggal. Ini adalah komponen penting dari setiap
kerangka pembangunan.
2.1.4
Konsep Manajemen Sistem Informasi
Sistem Informasi Manajemen (SIM) bukan sistem
informasi keseluruhan, karena tidak semua informasi di dalam organisasi
dapat dimasukkan secara lengkap ke dalam sebuah sistem yang otomatis. Aspek
utama dari sistem informasi akan selalu ada di luar sistem komputer
(Jogiyanto,1990).
Menurut
Jogiyanto, (1990) Pengembangan SIM canggih berbasis komputer memerlukan
sejumlah orang yang berketrampilan tinggi dan berpengalaman lama dan memerlukan
partisipasi dari para manajer organisasi. Banyak organisasi yang gagal
membangun SIM karena:
1.
Kurangnya organisasi
masyarakat yang legal-formal.
2.
Kurangnya perencanaan
yang memadai dalam organisasi sosial.
3.
Kurang personil atau
anggota organisasi masyarakat yang handal di bidangnya.
Kurangnya
partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang
sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil
yang terlibat. SIM
yang baik adalah SIM yang mampu menyeimbangkan biaya dan manfaat yang akan
diperoleh artinya SIM akan menghemat biaya, meningkatkan pendapatan serta tidak
terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat. Organisasi harus
menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan mereka, cermat dalam
merancang dan menerapkan SIM agar
sesuai
keinginan serta wajar dalam memiliki kemampuan pelaporan dan menentukan batas
biaya dari titik manfaat laporan harus dirancang agar sesuai yang akan
diperoleh, maka SIM yang
dengan bentuk tertentu (Jogiyanto, 1990 ).
Menurut
Sutrisno, (1987) Secara teoritis
komputer bukan prasyarat mutlak bagi sebuah SIM, namun dalam praktek SIM yang
baik tidak ada tanpa bantuan kemampuan pemprosesan komputer. Prinsip utama
perancangan SIM yakni harus dijalin secara teliti agar mampu melayani tugas
utama. Tujuan sistem informasi manajemen adalah memenuhi kebutuhan informasi
umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam sub unit organisasional
perusahaan SIM menyediakan
informasi bagi pemakai alam bentuk laporan
dan output dari berbagai
simulasi model matematika. Pengetahuan tentang
potensi kemampuan sistem informasi
yang dikomputerisasi akan memungkinkan seorang manajer secara sistematis menganalisis masing-masing tugas
organisasi dan menyesuaikannya dengan
kemampuan komputer.
2.2 Hasil
Pembahasan Studi Kasus
Dalam konteks ini, teknologi
informasi dan komunikasi berpotensi memainkan peran penting dalam bencana,
mitigasi pencegahan dan manajemen. Penginderaan jauh untuk peringatan dini
dimungkinkan oleh berbagai teknologi yang bersedia, termasuk satelit
telekomunikasi, telemetri radar dan meteorologi.
Teknologi
Komunikasi dan
Informasi mencangkup baik media tradisional (radio, televisi) serta media baru
(siaran seluler, internet, radio satelit), yang semuanya dapat dimainkan peran
penting dalam mendidik masyarakat tentang resiko bencana potensial atau yang
akan datang. sebelum terjadinya bencana, Teknologi Komunikasi dan Informasi
digunakan sebagai saluran untuk menyebarkan informasi mengenai bencana yang
akan datang. Sehingga memungkinkan untuk mengambil tindakan pengamanan yang
diperlukan untuk mengurangi dampak dari bencana. agar ini menjadi mungkin,
adalah penting bahwa akan ada konsistensi dalam penerapan sistem informasi dan
penyebaran pesan peringatan ke daerah-daerah beresiko. Penyebarluasan
peringatan tersebut harus luas dan baru mendidik masyarakat tentang potensi
resiko terhadap masalah bencana.
Sistem
peringatan tidak akan pernah dapat benar-benar efektif tanpa komponen
pendidikan, selanjutnya, JTC memainkan peran penting dalam memfasilitasi proses
rekonstruksi dan dalam mengkoordinasi kembalinya warga yang mengungsi akibat
bencana kerumah asli mereka dan masyarakat. Kegiatan pengelolaan bencana,
setelah terjadi bencana bisa dibuat lebih efektif dengan menggunakan sisitem
informasi yang tepat (misalnya penggunaan komunikasi internet), mengumpulkan
barang-barang penting bagi para korban. Dan penggalangan dana nasional dan
internasional.
Sejalan dengan
ini, setelah terjadi erupsi gunung merapi di Yogyakarta, Jogja Tanggap Cepat
bekerjasama dengan pemerintah daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan di dukung oleh
XL Axiata membangun sebuah program “Java Semesta” sebuah program yang berbasis
ICT dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam program
ini akan dibuat sebuah system pengumpulan data, pengolahan data dan informasi
yang digunakan dalam management informasi bencana alam berbasis partisipasi
masyarakat. Diharapkan sistem ini dapat memainkan peran yang efektif dalam
meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam, bahkan berusaha mengasosiasikan
kesiap siagaan masyarakat terhadap bencana alam sekaligus menyebarkan kendaraan
untuk memanfaatkan berbagi alat-alat Teknologi Komunikasi dan Informasi, dan
cara terbaik untuk menggunakan perangkat Teknologi Komunikasi dan Informasi
yang berhasil melawan ancaman bencana alam.
Dari
berbagai pengalaman terbaru menunjukan bahwa tidak ada wilayah di indonesia
yang tidak bediri dibawah ancaman bencana, meskipun wilayahnya mungkin terancam
hanya dilevel aman berbeda dengan wilayah yang sangat rawan artinya tidak
menuntut kemungkinan untuk melakukan kesiapsiagaan bencana, dan hal ini bukan
lagi pilihan, itu sudah menjadi kewajiban tanpa memandang dimana wilayah itu
berada, atau hidup.
Sehingga
menjadi sangat penting bagi pemerintah Daerah atau siapapun juga yang turut
serta dalam kegiatan penanggulangan bencana, mengidentifikasikan, mengetahui
peta sebaran, peta kebutuhan logistik, dan sebagainya. Selain itu informasi
juga dapat digunakan untuk mengelola dampak sosial yang ditimbulkan.
Untuk
kembali bersama-sama membangun Yogyakarta, sudah selayaknya pemerintah daerah
membebaskan berbagai aktivitas yang sifatnya pemerintah daerah membebaskan
berbagai aktivitas yang sifatnya promosi dan branding dalam bentuk iklan
layanan masyarakat. Hal tersebut, imbuh Indro, sebagai penyemangat bagi kita semua
khususnya para korban bencana. Bila perlu, kata Indro, pemerintah daerah juga
membebaskan segala biaya bagi rekan-rekan media nasional yang datang ke
Yogyakarta untuk memberikan informasi yang positif tentang Yogyakarta yang
kemudian dapat disisarkan keluar Yogyakarta.
“Media nasional bias bekerja sama
menginformasikan yang penting dan positif disiarkeluar. Mari kita rangkul untuk
menyiarkan hal-hal yang positif”, katanya. Untuk membangun kembali cara positif
Yogyakarta, pihaknya sudah di berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata. Parisada
Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wilayah Yogyakarta, serta PT Telkom Indonesia.
Kerjasama ini akan mewujudkan membentuk website khusus yang berisi segala
pariwisata tentang Yogyakarta serta informasi lainnya. Upaya ini diharapkan
bias ngatrol sektor pariwisata di kota Budaya ini (wawancara dengan koordinator
JTC Indro Suseno 25-11-2011).
Pasalnya,
akibat bencana alam yang terjadi di Yogyakarta, jumlah pengunjung kota
Yogyakarta mengalami penurunan. Tidak hanya itu, salah satu dampaknya adalah
penurunan jumlah mahasiswa dan jumlah perguruan tinggi swasta (PTS). Dalam
studi kasus ini dapat dipelajari bahwa JTC dapat mengelola informasi yang
demikian oleh masyarakat (Kelompok perguruan tinggi, kelompok perhotelan) dan komunitas
yang lainnya yang digunakan sebagai dasar untuk mencari jalan menuju pemulihan
keadaan, dari data ini juga dapat diketahui tentang kerugian tidak langsung
yang dihadapi masyarakat dalam persoalan bencana erupsi merapi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Dalam bencana apapun,
kebutuhan akan informasi menjadi sangat kritis. Pada saat Bencana Alam erupsi
Merapi di Yogyakarta tahun 2010, e-mail dan SMS berisikan pertanyaan mengenai
kondisi wilayah, kondisi korban mencari sanak saudara, mencari bantuan, mencari
pertolongan. Di sisi lain, para relawan yang berusaha membantu juga tidak kalah
pusingnya mencari lokasi yang membutuhkan pertolongan, mencari alamat tempat
pengiriman bantuan, pengiriman makanan, obat-obatan, mencari lokasi bencana,
menemukan penampungan pengungsi semua serba simpang siur tidak ada sumber
informasi yang terpusat, tidak ada komunikasi yang reliable.
·
Jogja Tanggap Cepat
merupakan sebuah gerakan masyarakat sipil yang ikut prihatin terhadap peristiwa
erupsi gunung merapi, dengan filosofi dan semangat solidaritas untuk saling
berbagi dan mempedulikan sesama. Munculnya kebersamaan hati, pikiran dan gerak
nyata melihat dampak jangka panjang Erupsi Gunung Merapi. Jogja
Tanggap Cepat (JTC) merupakan gerakan kolekti-koloboratif buah dari jaringan
kerja bersama sejumlah elemen masyarakat Yogyakarta
yang berupaya
memberikan persembahan terbaik bagi
kotanya.
3.2 Saran
Diharapkan dengan berkembangnya teknologi dibidang
kesehatan terutama kesehatan masyarakat dalam hal penanggulangan bencana, serta
semakin majunya teknologi, informasi dan komunikasi (ICT), namun dalam
kenyataannya aplikasi manajemen bencana berbasis sistem
informasi/IT belum banyak dilakukan, sehingga JTC mengambil inisiatif dalam
penanggulangan bencana erupsi merapi yang terjadi di Yogyakarta, dengan
memanfaatkan sistem informasi sebagai sarana untuk membantu korban dan mengatur
proses penyaluran bantuan agar tepat sasaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Follet.
1996. Manajemen.
Jakarta Yayasan Obor Indonesia
Permana, Septian. 2015. Manajemen Sistem Informasi Kebencanaan: Studi Kasus
Jogja Tanggap Cepat
Dalam Mengelola Informasi Bencana Erupsi Merapi, (online), (https://www.repository.upy.ac.id,
diakses pada tanggal 23 Oktober 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar