Styrofoam atau Sterefoam, Sang Sampah Abadi
Styrofoam atau sterefoam Sang Sampah Abadi, mengingatkan saya akan sebuah pendakian gunung
ketika salah satu anggota ada yang membawa bekal makanan dengan
diwadahi styrofoam. Senior yang mengetahui, langsung menghardik dan
menyuruh mengganti wadahnya. Katanya, haram seorang pencinta alam
membawa styrofoam karena ia adalah sampah abadi. Sampah styrofoam gak
akan pernah bisa terurai.
Mengenal Styrofoam atau Sterefoam.
Sampai sekarang saya tidak mengetahui bahasa Indonesia dari styrofoam.
Beberapa orang mengalihbahasakannya menjadi sterefoam, meskipun
sepertinya kata tersebut tetap tidak tertera dalam KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia).
Namun styrofoam
atau sterefoam sudah jamak kita temukan dan gunakan. Styrofoam banyak
digunakan mulai pada pengemasan barang-barang elektronik hingga sebagai
kemasan makanan.
Styrofoam (disebut juga polystyrene)
umumnya berwarna putih bersih. Bentuknya simpel dan ringan. Styrofoam
yang dibuat dari kopolimer styrene ini kerap dijadikan bungkus makanan
lantaran mampu mencegah kebocoran dan mampu mempertahankan bentuknya
saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan
panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang. Bentuknya yang ringan
menjadikan styrofoam mudah dibawa. Makanan yang disimpan di sana juga
tetap segar dan utuh. Tidak hanya itu, alasan dipilihnya styrofoam
sebagai bahan pembungkus makanan terlebih karena biaya pengemasannya
yang murah.
Dengan segala kelebihannya itulah,
styrofoam kini menjadi pilihan utama dalam membungkus makanan. Mulai
dari restoran cepat saji, pedagang jajanan di pinggir jalan, hingga
dalam berbagai acara dan kegiatan, styrofoam sering kali menjadi
pilihan.
Namun di balik kelebihannya itu, styrofoam ternyata sangat berbahasa bagi kesehatan. Komponen styrofoam (benzen, carsinogen, dan styrene)
dapat menimbulkan kerusakan pada sum-sum tulang belakang, menimbulkan
anemia dan mengurangi produksi sel darah merah hingga meningkatkan
resiko kanker. Komponen ini mudah terlepas saat styrofoam bersentuhan
dengan panas, lemak, atau minyak.
Styrofoam Sampah Abadi yang Tidak Terurai. Di samping berbahaya bagi tubuh, styrofoam atau sterefoam pun berbahaya bagi lingkungan. Jika sampah plastik
membutuhkan waktu hingga 500-an tahun untuk dapat terurai di dalam
tanah, styrofoam justru tidak pernah dapat terurai. Sehingga sebungkus
sampah styrofoam di dalam tanah akan tetap pada bentuknya, tidak
berubah, apalagi hancur hingga kapanpun, mungkin hingga kiamat tiba.
Dengan jumlah styrofoam yang kita gunakan
dalam seharinya, dikalikan jumlah penduduk bumi, dikalikan jumlah hari,
dapat kita bayangkan berapa banyak sampah styrofoam yang kemudian akan
menumpuk mencemari tanah, air, dan laut
di bumi. Dengan berbagai kandungan kimia yang terdapat di dalamnya,
berapa banyak organisme bumi yang akan menerima dampaknya?. Dengan
konsumsi sampah styrofoam kita saat ini, bisa jadi puluhan tahun yang
akan datang, bumi berubah menjadi daratan styrofoam.
Saat ini telah ditemukan styrofoam yang disebut Oxodegradable Polystyrene,
yang katanya lebih ramah lingkungan. Styrofoam jenis ini telah diberi
tambahan bahan oxium sehingga dapat terurai meskipun membutuhkan waktu
hingga 4 tahun.
Namun yang pasti kita semua meski
memahami bahwa kita sebenarnya harus membayar sangat mahal dengan
semakin banyaknya timbunan sampah abadi yang tidak akan terurai seiring
dengan penggunaan stryofom yang katanya praktis dan murah. Akankah kita
mewariskan ‘bumi styrofoam’ pada cucu-cucu kita?.
Referensi dan gambar:
-
en.wikipedia.org/wiki/Styrofoam
-
matoa.org/styrofoam-ramah-lingkungan
-
Gambar: inhabitat.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar